Langsung ke konten utama

Manajemen Sekolahan, Tentang Waktu Pembelajaran


Oleh Adis Setiawan

Beberapa hari yang lalu saya mengamati sebuah sekolahan yang berada disalah satu Desa, Karena saya pernah dapat sebuah kabar bahwa disekolahan tersebut dapat komplain dari salah satu wali murid, Tentang masalah pemanfaatan waktu belajar selama peserta didik berada dilingkungan sekolah, Kejadianya terjadi pada waktu masih dalam proses belajar mengajar.

Kalau memang jam mata pelajaran porsinya sedikit seharusnya dibuat aturan lebih cepat pulang dan waktu diatur jangan hanya digunakan untuk jam istirahat dengan durasi panjang, Atau bisa jadi karena memang guru disekolahan tersebut yang tidak menyukupi sehingga peserta didik terlantar ?. Saya mencoba untuk memberikan kritik dan saran, Agar tradisi saling bertukar fikiran terus berjalan tentang ilmu didunia pendidikan. Bukan merasa paling benar, semoga bukan bagian dari pada kesombongan.

Sebetulnya saran saya ini diambil dari pengalaman saya ketika bersekolah, Walaupun dari manajemen sekolah swasta, mungkin bisa diambil ilmunya dan diterapkan dalam proses manajemen waktu pada saat proses pembelajaran, Yang terpenting bagi saya adalah cara manajemenya untuk sebuah sekolahan tidak memandang Favorit atau bukan.

Saya ceritakan dari rumusan masalahnya, Sekolahan yang pernah saya amati ini cara dalam mengatur waktu pembelajaran untuk peserta didik sekilas tampak seperti tidak betul-betul serius dalam mengatur waktu proses pembelajaran, Misalnya jam istirahat sekolah yang lama membuat para siswa hanya bermain-main layaknya masih kelas taman kanak-kanak saja, Menurut pihak sekolahan karena jam istirahat digabung antara jam istirahat yang ke satu dan kedua,

Mungkin kurikulum sekarang mengatur bahwa dalam sehari ada suatu standart durasi jam istirahatnya, maka sekolahan mengikuti target yang sesuai modul kurikulum, Karena pihak sekolahan beranggapan lebih efisien digabung jam istirahatnya, maka sekilas disekolahan tersebut para peserta didik kelihatan seperti hanya main-main saja. Sebetulnya kejadian itu karena memang sedang waktu istirahat dalam jangka lebih lama dikarenakan digabung waktunya, dibanding sekolahan yang lain, Sedangkan sekolahan disekitarnya jam istirahat dibagi menjadi dua.

Karena ada wali murid yang merasa dirugikan anaknya disekolahkan ditempat tersebut, merasa bahwa anaknya disekolahan waktunya hanya digunakan untuk bermain-main saja,  dalam benak wali murid mungkin akan beranggapan bahwa kapan waktunya anak saya mendapatkan mata pelajaran. Karena kurang tabayyun atau hanya ingin menuruti cara berfikirnya, Wali murid tersebut marah dan mencabut anaknya untuk dipindahkan kesekolah lain.

Bayangkan apabila seandainya wali murid banyak yang berfikir seperti itu tentang sekolahan tersebut, maka beberapa siswanya akan dicabut oleh orang tuanya untuk dipindah kesekolahan lain. Dengan begitu sekolahan akan kekurangan murid apakah pemerintah akan diam saja terhadap sekolahan negeri yang tidak ada muridnya.

Seperti kisah dari novel laskar pelangi, menceritakan sebuah sekolahan swasta milik Muhammadiyah yang kekurangan murid, karena memang sarana dan prasarana serta ekonomi keluarga dikampung sekitar yang tidak memadai menjadikan begitu susah untuk bersekolah, Pemerintah setempat tidak mau tahu, justru memberi syarat apabila dalam  pendaftaran tahun ajaran baru dalam satu angkatan tidak mendapatkan 10 siswa, Maka sekolahan akan ditutup, Sementara pada waktu itu hanya baru dapat 9 orang. Miris sekali saya membacanya sambil ikut prihatin. Seandainya benar ditutup bagaimana nasib anak yang sudah mendaftar berjumlah sembilan anak itu, pada mau sekolah dimana lagi.

Terlepas dari itu, hal yang lebih penting adalah mutu dan kualitas dari pendidikan, Bagaimana masa yang akan datang negara ini. Saya pernah diberi tahu bahwa negara itu bisa hancur ada tiga kemungkinan faktor salah satunya tentang kualitas pendidikannya. Masih ingat bagaimana penjajah membuat bodoh bangsa kita, itu salah satu cara agar negara jajahan tidak bisa merdeka selalu berfikiran jumud dan terbelakang hampir 350 tahun kita dijajah, Mari simak bagaimana pengalaman saya dalam mengatur waktu belajar disekolahan agar waktu tidak terbuang sia-sia.

Pagi hari ketika sudah bel masuk para peserta didik memasuki kelas beri kesempatan berdo'a, Sebelum dimulai jam pelajaran saya memberikan saran, Minimal membaca juz Am'ma, beri waktu 30 Menit secara bersama-sama untuk membaca, Apabila dilakukan rutin setiap hari dari kelas satu sampai kelas enam akan membantu hafalan Qur'an untuk para siswa. Dan akan mencetak pribadi yang kebiasaan agar selalu baca Al Qur'an bagi yang beragama islam, Misalkan hal seperti itu tidak ada pada kurikulum, baiklah kita bandingkan jam istirahat dengan durasi waktu lama saja bisa, Bagaimana kalau waktu istirahat yang lama tersebut dipotong dan digunakan untuk membaca juz am'ma jadi waktu akan lebih bermanfaat.

Saran dari saya untuk menentukan jumlah jam istirahat untuk kategori sekolah SD, dilakukan hanya satu kali pada jam sembilan untuk kelas satu sampai tiga Sekolah Dasar, Dan waktu pulang jam sepuluh, Sementara untuk kelas empat sampai dengan kelas enam Sekolah Dasar dibuat dua kali jam istirahat, Untuk jam istirahat yang pertama jam sembilan dan yang kedua jam duabelas, Kenapa ambil jam dua belas karena melatih peserta didik yang beragama islam untuk sholat dzuhur berjama' ah, Untuk waktu pulang bisa jam setengah satu, Waktu pulang bisa disesuaikan karena tergantung jumlah mata pelajaran atau ada kurikulum tambahan dari sekolah dalam satu hari. Untuk durasi waktu istirahatnya jam kedua diberi waktu tigapuluh menit cukup sholat dan makan.

Beberapa sekolahan dinegara maju dan menyandang pendidikan terbaik menerapkan sistem istirahat, Setelah proses pembelajaran empat puluh lima menit diberi jeda istirahat lima belas menit, Setelah itu masuk kelas proses pembelajaran selama empat puluh lima menit dan diberi lagi waktu istirahat lima belas menit lagi. Itu sekolahan yang sudah maju menerapkan hal seperti itu.

Komentar